Selasa, 31 Desember 2013

TAHUN BARU


Kemeriahan ada dimana-mana. Bunyi petasan menggema di setiap sudut kota. Langit dipenuhi percikan indah kembang api. Bahkan dilingkungan rumah sekalipun tak luput dari kemeriahan. Ada yang menyalakan tape racorder keras-keras sambil ditemani jagung yang dibakar ramai-ramai. Semua orang seolah larut dalam gegap gempita tahun baru. Lalu aku??? Ah, aku memilih di rumah saja meski ajakan ngumpul bersama sambil bakar jagung dan karaokean itu memanggil dari corong pengeras suara. Bunyi berisik tape recorder yang menyuarakan lagu dangdut itu sungguh memekakan telinga. Membuatku yang ingin melepas lelah barang sejenak susah untuk memejamkan mata.

Akhirnya aku suarakan jeritan hatiku melalui sebuah tulisan. Jari-jariku mulai berkelana. Mencari sebuah ide tulisan  untuk  sebuah pelampiasan. Ku nyalakan lagu favorit di laptopku untuk menutupi lubang telingaku. Walau begitu tetap saja suara di luar sana lebih jelas terdengar daripada lagu yang sekarang mengalun  di lubang telingaku. Sebenarnya tradisi kemeriahan setiap menjelang tahun baru itu asalnya darimana? Apakah ide itu hanya berasal dari seseorang atau segelintir orang lalu menyebar ke seantero jagat seperti sekarang? Kemeriahan itu seolah sudah mendarah daging dan menjadi suatu hal yang wajib bagi sebagian besar orang. Sehingga menjadi tak afdhol jika tak ada kemeriahan. 

Bukankah bagaimana memaknai pergantian tahun itulah yang utama daripada kemeriahan yang hanya menghamburkan biaya dan melepaskan kenikmatan tidur malam. Menjadi manusia baru yang lebih baik. Menjadi pribadi yang sukses dari sebelumnya. 

Aku yang saat ini sudah sangat ingin terlelap menjadi tak bersahabat dengan kemeriahan. Kondisinya mungkin berbeda dengan dulu. Sewaktu remaja dulu, aku begitu menunggu pergantian tahun. Di desa tempat tinggalku, setiap pergantian tahun selalu menggelar acara besar. Di satu waktu kami menggelar acara dengan di temani bakaran jagung dan singkong. Di waktu yang lain menu yang disiapkan adalah ayam bakar, yang tentu saja diantara kami para pemuda atau pemudi yang membakarnya. Panggung disiapkan bagi siapa yang ingin menyalurkan bakat bernyanyi dan membacakan puisi atau hanya sekedar melawak. Bahkan diantata mereka ada yang menari tarian daerah meski tanpa adanya kostum. Bahkan ada yang mencoba berceramah soal agama segala. Acaranya semakin lengkap karena setiap malam tahun baru ada pelantikan pengurus baru karang taruna. 

Tapi saat ini, aku sungguh ingin berada dirumah dan tidur nyenyak. Saatnya instropeksi diri. Aku berharap dan berdo'a, di tahun yang baru ini aku bisa meraih impianku. Menggapai citaku. Menjadi pribadi baru yang sukses dalam hal apapun. Baik itu di dalam keluarga, masyarakat dan lebih penting lagi menjadi lebih baik dalam urusan rohaniku (lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT). Amiin









0 komentar:

Posting Komentar

Selasa, 31 Desember 2013

TAHUN BARU


Kemeriahan ada dimana-mana. Bunyi petasan menggema di setiap sudut kota. Langit dipenuhi percikan indah kembang api. Bahkan dilingkungan rumah sekalipun tak luput dari kemeriahan. Ada yang menyalakan tape racorder keras-keras sambil ditemani jagung yang dibakar ramai-ramai. Semua orang seolah larut dalam gegap gempita tahun baru. Lalu aku??? Ah, aku memilih di rumah saja meski ajakan ngumpul bersama sambil bakar jagung dan karaokean itu memanggil dari corong pengeras suara. Bunyi berisik tape recorder yang menyuarakan lagu dangdut itu sungguh memekakan telinga. Membuatku yang ingin melepas lelah barang sejenak susah untuk memejamkan mata.

Akhirnya aku suarakan jeritan hatiku melalui sebuah tulisan. Jari-jariku mulai berkelana. Mencari sebuah ide tulisan  untuk  sebuah pelampiasan. Ku nyalakan lagu favorit di laptopku untuk menutupi lubang telingaku. Walau begitu tetap saja suara di luar sana lebih jelas terdengar daripada lagu yang sekarang mengalun  di lubang telingaku. Sebenarnya tradisi kemeriahan setiap menjelang tahun baru itu asalnya darimana? Apakah ide itu hanya berasal dari seseorang atau segelintir orang lalu menyebar ke seantero jagat seperti sekarang? Kemeriahan itu seolah sudah mendarah daging dan menjadi suatu hal yang wajib bagi sebagian besar orang. Sehingga menjadi tak afdhol jika tak ada kemeriahan. 

Bukankah bagaimana memaknai pergantian tahun itulah yang utama daripada kemeriahan yang hanya menghamburkan biaya dan melepaskan kenikmatan tidur malam. Menjadi manusia baru yang lebih baik. Menjadi pribadi yang sukses dari sebelumnya. 

Aku yang saat ini sudah sangat ingin terlelap menjadi tak bersahabat dengan kemeriahan. Kondisinya mungkin berbeda dengan dulu. Sewaktu remaja dulu, aku begitu menunggu pergantian tahun. Di desa tempat tinggalku, setiap pergantian tahun selalu menggelar acara besar. Di satu waktu kami menggelar acara dengan di temani bakaran jagung dan singkong. Di waktu yang lain menu yang disiapkan adalah ayam bakar, yang tentu saja diantara kami para pemuda atau pemudi yang membakarnya. Panggung disiapkan bagi siapa yang ingin menyalurkan bakat bernyanyi dan membacakan puisi atau hanya sekedar melawak. Bahkan diantata mereka ada yang menari tarian daerah meski tanpa adanya kostum. Bahkan ada yang mencoba berceramah soal agama segala. Acaranya semakin lengkap karena setiap malam tahun baru ada pelantikan pengurus baru karang taruna. 

Tapi saat ini, aku sungguh ingin berada dirumah dan tidur nyenyak. Saatnya instropeksi diri. Aku berharap dan berdo'a, di tahun yang baru ini aku bisa meraih impianku. Menggapai citaku. Menjadi pribadi baru yang sukses dalam hal apapun. Baik itu di dalam keluarga, masyarakat dan lebih penting lagi menjadi lebih baik dalam urusan rohaniku (lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT). Amiin









0 komentar:

Posting Komentar

 

Designed by Simply Fabulous Blogger Templates \ Provided By Free Website Templates | Freethemes4all.com

Free Website templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates