Kamis, 05 Desember 2013

PENGALAMAN BARU

Sore yang indah. Ditempat baruku aku mendapati berjuta keindahan dan rasa. Hamparan bukit nan indah menarikku untuk selalu memandangnya. Hatiku yang sedang sepi terobati olehnya. Jika malam tiba, deretan lampu yang berkelap-kelip itu ibarat bintang yang berkilauan. Sungguh! Suatu keindahan yang mungkin tak kau dapati di tempat lain. 
Sebagai warga baru dan diriku yang mungkin berbeda, menjadi hal yang sulit untukku. Tapi, toh aku bisa melewatinya. Tidak mudah memang bagi pribadi rumahan untuk bergaul di lingkungan yang baru. Cemoohan dan sindiran itu bagai bumbu penyedap yang enak bagi si empunya suara. Tapi, tak apalah. Semuanya aku anggap hal biasa dalam pergaulan di masyarakat. Dimanapun kita berada, tak semuanya orang itu suka dengan kita. Pro dan kontra itu sudah menjadi hal biasa, yang penting kita tidak mencari masalah dengan orang lain.
Dsini, aku mendapati pengalaman yang tak kalah mencengangkan. Dikala suamiku dikirim di negeri orang selama beberapa hari, aku harus berjibagu dengan air bah. Memang belum seberapa jika dibanding dengan daerah lain. Tapi tetap saja itu suatu hal yang menyiksa. Bayangkan saja, dikala sedang enak-enaknya menulis di komputer, tiba-tiba air itu datang. Aku yang baru sekali mengalaminya hanya bisa panik mengangkat barang-barang ke tempat lebih tinggi sendirian. Bodohnya aku, kenapa aku malah membuka pintu sehingga air itu masuk ke rumah dengan leluasa. (Mengenaskan)
Malamnya, aku harus mengurasnya agar air itu tak lagi menggenang di dapur rumah. Sungguh! Olah raga malam yang melelahkan. 
Namun, setidaknya aku bisa belajar banyak hal.  Jika air bah itu datang lagi, aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan. Meskipun pagi harinya aku harus berjibagu dengan lumpur yang menumpuk di luar rumah. (hemmm)
Suatu hari nanti, jika aku membeli rumah di daerah ini. Aku akan mencari rumah yang letaknya lebih tinggi. Kalau ada yang bilang, rumah disini tidak mungkin banjir, dsb. Aku berkata dalam hati: "Aku tak akan percaya." (Apa ada perumahan yang saluran pembuangan airnya bagus?)
Sudahlah. Aku harus belajar memahami lingkungan disekitarku. Walau apapun yang terjadi, tetap tersenyum dan semangat. 











DARI SEBUAH LAYAR

Udara malam begitu dingin. Disaat suasana menjadi sunyi. Tanganku masih bergerak diatas deretan huruf. Aku menatap layar di depanku. Layar yang terkadang membuatku tersenyum, tertawa, bahkan marah. Sudah beberapa hari aku tertinggal sendiri. Suamiku sedang berada di negeri yang jauh. Layar itu adalah jembatanku untuk mengetahui kabar tentangnya. Saat layar itu menampilkan wajahnya, hatiku begitu damai dan tenang. Aku tahu keadaanya hanya dari sebuah layar.
Malam ini, aku kembali duduk di depan layar yang sama. Menanti kala ia bisa menjawab panggilanku. Sepertinya dia sedang tidak ada disana. Mungkin dia lelah setelah seharian bekerja. Dan memilih untuk tidur agar besok ia kembali segar. Atau mungkin dia berfikir aku tidak sedang di depan layar, seperti beberapa hari sebelumnya. Makanya dia memilih untuk tidak membuka layarnya. "Doaku selalu menyertaimu, suamiku. Semoga engkau selalu sehat dan dimudahkan dalam segala urusan. Amiin."
Aku menunggumu kembali dengan sehat dan tersenyum di depanku seperti sebelumnya. Kita akan melangkah bersama lagi. Mengarungi berbagai hal bersama. Menjalani ujian bersama. Saling menguatkan satu sama lain. Selama ini engkau adalah penopangku disaat aku rapuh. Maafkan aku karena aku belum bisa menjadi istri yang baik untukmu. 

 

Kamis, 05 Desember 2013

PENGALAMAN BARU

Sore yang indah. Ditempat baruku aku mendapati berjuta keindahan dan rasa. Hamparan bukit nan indah menarikku untuk selalu memandangnya. Hatiku yang sedang sepi terobati olehnya. Jika malam tiba, deretan lampu yang berkelap-kelip itu ibarat bintang yang berkilauan. Sungguh! Suatu keindahan yang mungkin tak kau dapati di tempat lain. 
Sebagai warga baru dan diriku yang mungkin berbeda, menjadi hal yang sulit untukku. Tapi, toh aku bisa melewatinya. Tidak mudah memang bagi pribadi rumahan untuk bergaul di lingkungan yang baru. Cemoohan dan sindiran itu bagai bumbu penyedap yang enak bagi si empunya suara. Tapi, tak apalah. Semuanya aku anggap hal biasa dalam pergaulan di masyarakat. Dimanapun kita berada, tak semuanya orang itu suka dengan kita. Pro dan kontra itu sudah menjadi hal biasa, yang penting kita tidak mencari masalah dengan orang lain.
Dsini, aku mendapati pengalaman yang tak kalah mencengangkan. Dikala suamiku dikirim di negeri orang selama beberapa hari, aku harus berjibagu dengan air bah. Memang belum seberapa jika dibanding dengan daerah lain. Tapi tetap saja itu suatu hal yang menyiksa. Bayangkan saja, dikala sedang enak-enaknya menulis di komputer, tiba-tiba air itu datang. Aku yang baru sekali mengalaminya hanya bisa panik mengangkat barang-barang ke tempat lebih tinggi sendirian. Bodohnya aku, kenapa aku malah membuka pintu sehingga air itu masuk ke rumah dengan leluasa. (Mengenaskan)
Malamnya, aku harus mengurasnya agar air itu tak lagi menggenang di dapur rumah. Sungguh! Olah raga malam yang melelahkan. 
Namun, setidaknya aku bisa belajar banyak hal.  Jika air bah itu datang lagi, aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan. Meskipun pagi harinya aku harus berjibagu dengan lumpur yang menumpuk di luar rumah. (hemmm)
Suatu hari nanti, jika aku membeli rumah di daerah ini. Aku akan mencari rumah yang letaknya lebih tinggi. Kalau ada yang bilang, rumah disini tidak mungkin banjir, dsb. Aku berkata dalam hati: "Aku tak akan percaya." (Apa ada perumahan yang saluran pembuangan airnya bagus?)
Sudahlah. Aku harus belajar memahami lingkungan disekitarku. Walau apapun yang terjadi, tetap tersenyum dan semangat. 











DARI SEBUAH LAYAR

Udara malam begitu dingin. Disaat suasana menjadi sunyi. Tanganku masih bergerak diatas deretan huruf. Aku menatap layar di depanku. Layar yang terkadang membuatku tersenyum, tertawa, bahkan marah. Sudah beberapa hari aku tertinggal sendiri. Suamiku sedang berada di negeri yang jauh. Layar itu adalah jembatanku untuk mengetahui kabar tentangnya. Saat layar itu menampilkan wajahnya, hatiku begitu damai dan tenang. Aku tahu keadaanya hanya dari sebuah layar.
Malam ini, aku kembali duduk di depan layar yang sama. Menanti kala ia bisa menjawab panggilanku. Sepertinya dia sedang tidak ada disana. Mungkin dia lelah setelah seharian bekerja. Dan memilih untuk tidur agar besok ia kembali segar. Atau mungkin dia berfikir aku tidak sedang di depan layar, seperti beberapa hari sebelumnya. Makanya dia memilih untuk tidak membuka layarnya. "Doaku selalu menyertaimu, suamiku. Semoga engkau selalu sehat dan dimudahkan dalam segala urusan. Amiin."
Aku menunggumu kembali dengan sehat dan tersenyum di depanku seperti sebelumnya. Kita akan melangkah bersama lagi. Mengarungi berbagai hal bersama. Menjalani ujian bersama. Saling menguatkan satu sama lain. Selama ini engkau adalah penopangku disaat aku rapuh. Maafkan aku karena aku belum bisa menjadi istri yang baik untukmu. 

 

 

Designed by Simply Fabulous Blogger Templates \ Provided By Free Website Templates | Freethemes4all.com

Free Website templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates